KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution berhasil menjelaskan bagaimana hewan bisa beradaptasi dengan habitat ekstrem.
Penelitian ini mengamati snailfish, salah satu ikan yang hidup di daerah terdalam di lautan. Menurut studi tersebut, ikan ini beradaptasi dengan tekanan kuat di habitatnya dengan menjadikan kerangkanya lunak serta tengkorak terbuka.
Para peneliti menangkap beberapa snailfish kemudian membandingkannya dengan ikan yang hidup di perairan dangkal. Tujuannya adalah mengamati bagaimana ikan tersebut beradaptasi dengan lingkungan ekstrem.
Sebagai informasi, snailfish hidup di bagian terdalam lautan yang disebut zona hadal, yaitu antara enam hingga 11 km di bawah permukaan laut.
Baca juga: Studi Baru, Populasi Ikan di Lautan Dunia Menurun Drastis
Zona ini dianggap sebagai daerah paling "tidak ramah" di Bumi. Alasannya adalah tekanan, kegelapan, suhu dingin, dan sumber daya makanan yang sangat langka.
Uniknya, ikan kecil snailfish justru menjadi predator teratas di jaringan makanan zona hadal. Bahkan, ikan ini dominan di zona ekstrem tersebut.
Melansir dari The Independent, Senin (15/04/2019), peneliti utama studi ini Wen Wang menangkap snailfish di Palung Mariana, salah satu palung paling dalam yang diketahui.
Snailfish yang ditangkap memiliki kulit transparan, perut besar, tulang lunak, dan tengkorak tidak tertutup sempurna. Ciri tersebut sangat berbeda dengan spesies serupa yang hidup di perairan dangkal.
Perbedaan juga ditemukan karena snailfish tidak memiliki osteocalcin, sebuah gen yang mengatur mineralisasi jaringan dan perkembangan kerangka.
Absennya gen tersebut berkontribusi pada kerangka lunak snailfish yang dianggap oleh para peneliti tidak biasa.
Selain itu, para peneliti juga berpendepat tengkorak snailfish yang tidak tertutup sempurna diyakini adalah adaptasi untuk melindungi otak dan memastikan tekanan laut dalam tidak mendorongnya keluar.
Studi ini juga menemukan banyak salinan gen yang membuat membran sel lebih cair. Wang dan koleganya percaya hal ini membantu fungsi sel pada tekanan ekstrem di laut dalam.
Tak hanya itu, snailfish laut dalam juga tidak memiliki gen fotoreseptor. Ini membuat ikan kecil itu lemah penglihatannya dalam cahaya.
Wang menyimpulkan, adaptasi internal dan eksternal tersebut membantu snailfish hidup di habitatnya saat ini.
Baca juga: Pemancing Australia Tangkap Ikan Alien
https://sains.kompas.com/read/2019/04/16/183300923/bertulang-lunak-ikan-ini-tunjukkan-adaptasi-hidup-di-habitat-ekstrem
2019-04-16 11:33:00Z
CBMid2h0dHBzOi8vc2FpbnMua29tcGFzLmNvbS9yZWFkLzIwMTkvMDQvMTYvMTgzMzAwOTIzL2JlcnR1bGFuZy1sdW5hay1pa2FuLWluaS10dW5qdWtrYW4tYWRhcHRhc2ktaGlkdXAtZGktaGFiaXRhdC1la3N0cmVt0gF7aHR0cHM6Ly9hbXAua29tcGFzLmNvbS9zYWlucy9yZWFkLzIwMTkvMDQvMTYvMTgzMzAwOTIzL2JlcnR1bGFuZy1sdW5hay1pa2FuLWluaS10dW5qdWtrYW4tYWRhcHRhc2ktaGlkdXAtZGktaGFiaXRhdC1la3N0cmVt
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bertulang Lunak, Ikan Ini Tunjukkan Adaptasi Hidup di Habitat Ekstrem - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment