Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rhorom Priyatikanto mengatakan, masyarakat bisa mencoba bereksperimen terkait peristiwa alam ini dengan menggunakan tiang.
Rhorom menjelaskan fenomena hari tanpa bayangan ini ada dua sisi yang bisa dipelajari oleh masyarakat, soal keistimewaannya dan hal yang biasa. Untuk hal biasa ini mengacu kalau hari tanpa bayangan tersebut merupakan siklus tahunan.
"Dan yang lebih penting kita dapat belajar bahwa ada pola tahunan yang terjadi, keteraturan alam semesta. Ini harus kita pelajari dan pahami," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah wilayah Indonesia akan mengalami fenomena alam yang disebut sebagai hari tanpa bayangan. Hal itu terjadi di seluruh negeri ini.
"Kulminasi atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit," demikian disebut di website BMKG.
"Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat 'menghilang', karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan," imbuh mereka.
Simak Video "Hari Tanpa Bayangan di Indonesia, Kapan dan di Mana? "
[Gambas:Video 20detik]
(agt/krs)
https://inet.detik.com/science/d-4700182/hari-tanpa-bayangan-begini-cara-ceknya-agar-tak-penasaran
2019-09-10 06:14:10Z
CBMiYmh0dHBzOi8vaW5ldC5kZXRpay5jb20vc2NpZW5jZS9kLTQ3MDAxODIvaGFyaS10YW5wYS1iYXlhbmdhbi1iZWdpbmktY2FyYS1jZWtueWEtYWdhci10YWstcGVuYXNhcmFu0gEA
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hari Tanpa Bayangan, Begini Cara Ceknya agar Tak Penasaran - Detikcom"
Post a Comment